Kamis, 03 November 2011

MENCARI SOLUSI PENANGANAN BENCANA KEBAKARAN DI ASIA TENGGARA






Di akhir tahun 1997 dan awal tahun 1998, dunia dapat menyaksikan dan mengamati betapa sedih dan mengerikan pada saat api membinasakan berjuta-juta hektar hutan tropika di Indonesia. Peristiwa kebakaran yang merusak tersebut mengakibatkan terjadinya lintasan panjang di Pulau Sumatera dan Kalimantan, berbentuk selimut asap yang tebal dan secara serius membahayakan kesehatan manusia. Kebakaran ini juga membahayakan keamanan perjalanan udara serta menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar di seluruh kawasan.
Meskipun proyek yang berhubungan dengan kebakaran bukan merupakan bagian dari rencana kerja resmi CIFOR, namuan bencana yang terjadi di lingkungan lokasi kerja lembaga ini mendorong timbulnya keprihatinan yang besar para peneliti dan mereka berupaya aktif untuk mengungkap permasalahannya. Penelitian tentang penyebab utama deforestasi yang sedang berjalan saat ini memberikan kewenangan bagi CIFOR untuk dapat memberikan komentarnya tentang dampak kebakaran terhadap hutan di Indonesia. Beberapa anggota peneliti diundang untuk turut serta dalam berbagai pertemuan dan konferensi tentang kebakaran dan melibatkannya dalam upaya yang dilakukan di Indonesia serta negara-negara lainnya untuk mengembangkan strategi penanganan isu-isu kebakaran.
Pernyataan yang berkaitan dengan situasi terbaru kebakaran serta informasi dasar lainnya ditayangkan secara teratur pada lokasi web CIFOR. Akibatnya, CIFOR banyak mendapatkan perhatian baik dari masyarakat maupun media dan dianggap sebagai sumber informasi yang dapat diandalkan. BBC memproduksi sebuah dokumen berisi komentar lebih luas yang diberikan oleh peneliti CIFOR, Dr. William Sunderlin.
Dengan bantuan dari ICRAF, UNESCO, dan European Commision Joint Research Centre, pada tahun 1998, CIFOR mengumpulkan laporan yang memuat latar belakang peristiwa kebakaran tersebut dengan judul "A Review of Forest Fire Project in Indonesia: 1982 – 1998". Buku tersebut merangkum beberapa peristiwa kebakaran penting di kawasan Asia Tenggara yang terjadi selama kurun waktu 2 dasawarsa lalu, pemikiran umum tentang sebab dan dampaknya, serta serangkaian proyek yang menangani masalah kebakaran.
Zaman dahulu, yaitu pada abad ke 15 dan 16, Portugis dan Belanda mencatat adanya kebakaran besar yang terjadi di hutan alam dan lahan gambut di Borneo. Kejadian ini juga disertai dengan kabut yang mencekik dan menyebar luas sejauh lokasi Singapura saat ini. Secara periodik pada tahun 1980 dan 1990’an, kebakaran berarti terjadi di kawasan ini. Tetapi para ahli setuju bahwa kebakaran yang terjadi selama tahun 1997 – 1998 merupakan peristiwa yang paling merusakkan disebabkan musim kering panjang akibat fenomena arus balik El-Nino Southern Oscillation yang bertepatan pula dengan peristiwa perluasan pembukaan lahan untuk hutan tanaman.
Laporan tentang kebakaran yang dikeluarkan CIFOR menunjukan bahwa sebelum tahun 1994, lembaga-lembaga serta pemerintah di seluruh dunia menyediakan bantuan terutama dalam bentuk bantuan darurat (emergency) jangka pendek, dukungan manajemen, serta perlengkapan teknik dan pelatihan. Kebakaran lebih hebat yang baru-baru ini terjadi, bagaimanapun juga, banyak mengundang perhatian dan upaya untuk memahami dan menyoroti penyebab utamanya.
Pada akhir tahun 1997, dimulai suatu prakarsa multi-nasional secara intensif yang memerlukan penggunaan gambaran satelit dengan resolusi tinggi untuk memantau bencana kebakaran serta memetakan kawasan yang terbakar. Pada saat api mulai kembali berkobar, internet akan menyediakan sarana yang mampu menyebarkan informasi terbaru secara cepat tentang bencana alam yang terjadi pada para ilmuwan, pejabat pemerintah, wartawan, negara donor, dan masyarakat banyak. Sejumlah proyek lainnya juga mengangkat masalah keahlian dalam memerangi kebakaran, penerapan kebijakan serta isu lainnya.
Dipenghujung tahun, ilmuwan CIFOR dan ICRAF mengadakan pertemuan dengan perwakilan pemerintah Amerika Seikat untuk merencanakan suatu studi mendalam tentang penyebab dan dampak kebakaran dengan jangka waktu 3 tahun. Kegiatan ini akan dibiayai oleh US Forest Service dan US Agency for International Development. Dalam rangka membantu proses analisa penyebab kebakaran serta penyediaan program-program dasar pengembangan sistem pemantauan kebakaran yang lebih baik, maka akan dilakukan suatu kegiatan yang mengkombinasikan penginderaan jarak jauh dengan kajian kondisi sosial setempat.
Kajian pertama akan dilakukan di dua lokasi dimana kebakaran hutan sering terjadi selama tahun 1997 – 1998, yaitu Lampung di Sumatera dan Kalimantan Timur. US Forest Service akan mengkoordinasikan pengumpulan data penginderaan jarak jauh sedangkan CIFOR dan ICRAF melakukan serangkaian kegiatan penelitian lapangan dalam rangka menyesuaikan data sekunder dengan kondisi yang sebenarnya di lapangan, mengidentifikasikan praktek pemanfaatan lahan serta menyelidiki faktor-faktor sosial yang mungkin menyebabkan terjadinya kebakaran. Pada akhirnya, kegiatan seperti ini akan diperluas untuk menyelidiki lebih jauh lagi penyebab utama kebakaran hutan.

sumber: http://www.cifor.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar